Memberikan Kail daripada Ikan

Sebuah reality show di televisi berjudul “Bila aku menjadi” mencoba menyelami kehidupan masyarakat kecil dengan tinggal bersama mereka serta ikut bekerja dan mengikuti kegiatan mereka sehari hari.

Ada pemulung, kuli angkut pelabuhan, tukang tambal panci, pembuat tusuk sate dan masih banyak lagi. Banyak dari peserta yang mengikuti reality show tersebut mengaku sangat terkesan dengan kesahajaan hidup dan mereka mendapat pelajaran hidup yang sangat penting.

Di akhir acara diberikan bantuan yang tidak berupa uang, tapi diberikan “kail” untuk mengembangkan kehidupan mereka menjadi lebih baik Seperti, kambing dan ayam untuk diternakkan dan gerobak sayur untuk berjualan keliling

Disekitar kita banyak hal-hal yang bisa menjadi pelajaran hidup, yang menggugah nurani kita dan membuat kita berpikir bahwa kita harus melangkah menjadi pribadi yang lebih baik. Hanya sayang banyak diantara kita yang lebih memilih untuk melangkah di jalan pintas, dan mudah daripada memperbaiki dan berusaha membangun jalan yang baru, karena menganggap lebih sulit, dan menghabiskan banyak waktu

CU Sawiran memahami kebutuhan masyarakat, terjun langsung dengan mengenalkan program-program keuangan yang membuat masyarakat bisa mengembangkan investasinya dan menggunakannya untuk masa depan. Menggunakannya untuk hal-hal yang produktif, seperti modal usaha, modal kerja, dan mendukung pendidikan. Maka jangan heran, apabila setiap hari anda menemui staff CU Sawiran yang rela melangkah di tengah pasar tradisional, melayani anggota dengan senang hati, menjawab pertanyaan-pertanyaan anggota, dan memberikan saran bagaimana mengembangkan keuangan mereka.

Inilah yang dilakukan CU Sawiran, seperti program reality show tersebut. Kami menyelam ke dalam masyarakat, untuk lebih memahami bagaimana anda, anggota kami, menjalani keseharian, memahami kesulitan-kesulitan anda, mengerti kebutuhan anda, serta memberikan “kail” daripada “ikan”. Cu Sawiran mendidik masyarakat dan mengubah mind set untuk memiliki perencanaan keuangan yang lebih baik. CU Sawiran berusaha melatih masyarakat untuk menggunakan “kail” nya untuk memancing ikan lebih besar dari yang pernah diberikan. Dengan pengalaman dan ketekunan dari waktu kewaktu, kami yakin anggota mampu meraih masa depan yang lebih baik, dan merencanakannya dengan seksama.

Salam,
Vivi Damayanti

Mengajukan Kredit pada Bank : Bagaimana?

Butuh tambahan modal untuk usaha? Sebetulnya, mendapat kredit dari bank tak serumit yang dikira. Buktinya, banyak orang mendapatkannya. Kenapa Anda tak mencobanya?

Prinsipnya, bank hanya akan memberi kredit pada orang yang dipercaya. Oleh sebab itu, hal yang perlu Anda lakukan adalah meyakinkan pihak bank agar percaya pada Anda. Caranya? Penuhi semua persyaratan yang diminta!

Debitur
Bank membagi penerima kredit dalam dua golongan, yakni debitur perorangan dan debitur perusahaan. Tentu saja, persyaratan untuk kedua jenis debitur itu berbeda.

Bila Anda mengajukan kredit atas nama pribadi, maka Anda termasuk debitur perorangan. Debitur perorangan itu terdiri bisa berprofesi sebagai dokter, artis, pegawai negeri, perancang busana, arsitek, karyawan swasta, pedagang, dan lain-lain.

Bila Anda mengajukan kredit atas nama kelompok atau perusahaan, maka Anda disebut debitur perusahaan atau badan usaha. Semua bentuk usaha yang sah secara hukum (seperti PT, CV, Firma, dll), bisa mengajukan kredit.

Debitur Perorangan
Bank selanjutnya akan membedakan debitur perorangan ini dalam tiga golongan, yakni wirausahawan, karyawan, dan profesional, sesuai profesi masing-masing debitur. Persyaratan yang diminta umumnya sama, yakni:

1.
Foto kopi identitas diri (KTP, SIM, atau paspor).
2. Fotokopi akte nikah (bagi yang sudah menikah).
3. Fotokopi kartu keluarga.
4. Fotokopi rekekening koran/ giro atau tabungan 6-3 bulan terakhir.
5. Fotokopi slip gaji dan surat keterangan bekerja dari perusahaan (bagi karyawan).

Debitur Perusahaan
Persyaratan yang diminta untuk kelompok debitur ini, antara lain:

1. Bukti legalitas perusahaan
* Fotokopi identitas diri dari para pengurus perusahaan (direktur & komisaris).
* Fotokopi NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak).
* Fotokopi SIUP (Surat Ijin Usaha Perdagangan).
* Fotokopi Akte Pendirian Perusahaan dari Notaris.
* Fotokopi TDP (Tanda Daftar Perusahaan).
2. Performa Keuangan
* Kopi rekening koran/giro atau buku tabungan di bank manapun selama 6 s/d 3 bulan terakhir.
* Data keuangan lain, seperti neraca keuangan, laporan rugi laba, catatan penjualan & pembelian harian, dan data pembukuan lainnya.

Jaminan
Bank biasanya akan meminta jaminan untuk lebih meyakinkan diri, bahwa Anda layak mendapat kredit. Bentuknya bermacam-macam, bisa berupa serifikat atau surat-surat berharga, bisa juga dalam bentuk wujud tanah, bagunan, kendaraan bermotor, dan lain-lain. Yang penting, nilainya lebih besar atau (minimal) sama dengan jumlah kredit diterima.

Hari ini saya menerima nasihat berharga..

Hari ini, saya mendapat saran berharga, dari seorang “penasihat” (maaf gak menyebut nama).
Seseorang yang sudah bolak balik dari dunia tdb-tda-tdb-tda, seseorang yang mau mengerti dan memahami segala kondisi sebelum mengeluarkan kata-kata.

Di salah satu event yang pernah saya hadapi sebelumnya, beliau ini yang “mendinginkan” kepala saya dengan pendapat-pendapat yang bijak, kali ini, begitu juga kali ini…

nggak ada masalah untuk menjalani perubahan
itu bukan berarti kemunduran
selama dapat menambah ilmu dan wawasan kita pasti kita terima
bukan masalah uang
bukan berarti bisnis kita lagi bermasalah

tapi kita mau “sekolah” lagi untuk kemudian setelah kita dapet ilmunya, setelah kita “lulus”,
bisnis kita bisa semakin mantap, karena bisa diaplikasikan di bisnis kita

Yang jadi syarat utama adalah, perubahan baru bisa memberikan nilai tambah untuk kita ?
terutama bisnis kita?

sekali lagi bukan masalah uang,
nggak usah dipikirin orang ngomong apa,
bisa saja ada yang bilang wah bisnis nya bermasalah makanya berubah

nggak usah didengerin
yang kita pikirkan adalah masa depan kita dan bisnis kita sendiri
so, take the chance kalo memang itu yang terbaik
selama ilmu itu nantinya bisa diaplikasikan ke rencana masa depan kita

thats good opportunity!
what we do is just a business
fokus !
akhir atau tujuan akhir tetaplah bisnis itu sendiri

caranya? banyak banget, dan yang tau cuma kita,
so go for it
!
cari ilmu sebanyak mungkin, aplikasikan di bisnis
buktikan dengan peningkatan kualitas diri dan bisnis

suatu nasihat bijaksana, ditengah pandangan teoritis orang-orang yang menganggap remeh
orang-orang yang menganggap dirinya paling benar..
orang-orang yang hanya bisa bicara, tanpa ada wujud perbuatannya..
orang-orang yang….. ah.. kenapa dipikirin?

hari ini saya melangkah maju..
dan hanya saya yang tahu..

Credit Union di Indonesia : Seperti apa?

Pilihan menabung dewasa ini semakin banyak, tidak hanya pada lembaga perbankan, tetapi juga dapat dilakukan melalui Credit Union atau lembaga keuangan yang di dalamnya berkumpul orang yang saling percaya dan berwatak sosial, dengan tujuan untuk kesejahteraan bersama.

Credit Union (CU), diambil dari bahasa Latin “credere” yang artinya percaya dan “union” atau “unus” berarti kumpulan. Sehingga “Credit Union” memiliki makna kumpulan orang yang saling percaya, dalam suatu ikatan pemersatu dan sepakat untuk menabungkan uang mereka sehingga menciptakan modal bersama untuk dipinjamkan kepada anggota dengan tujuan produktif dan kesejahteraan.

Credit Union, menurut Drs Anselmus Robertus Mecer, 53, pertama kali muncul di Indonesia pada 1960-an yang mulai dikembangkan dari barat.

Seorang pastor Katolik asal Jerman bertugas di Indonesia dan membawa konsep tersebut. Kemudian CU mulai diperkenalkan ke Kalimantan Barat pada 1975.

Melalui gereja Katolik, diadakan pelatihan pembentukan CU sehingga lahir 40 kelompok. Namun pasang dan surut selalu ada. Satu demi satu, CU berguguran lantas hilang. Kemudian pada tahun 1985, dilakukan sosialisasi ulang dan pelatihan. Setelah mengikuti pelatihan selama tiga hari, AR Mecer mengaku tertarik, sehingga pada tahun yang sama mulai membangun lembaga keuangan itu bersama sejumlah rekannya.

Maka dibentuklah CU Khatulistiwa Bhakti, sebagai CU pertama di Kalimantan Barat yang berdiri pada 12 Mei 1985. Hingga Maret 2007 CU masih punya anggota sebanyak 10.707 orang.

Keberadaan CU, katanya, memiliki manfaat besar bagi masyarakat. Mungkin sebagian orang masih bertanya-tanya, CU tentu saja sama artinya dengan koperasi simpan pinjam atau lembaga keuangan lain. Namun, bagi mereka yang bergelut dalam bidang ini, tentulah menampik dugaan tersebut.

Credit Union, tentu saja beda dengan koperasi atau lembaga perbankan umumnya, demikian pendapat Mariamah Achmad seorang aktivis penggagas pembentukan CU Muare Pesisir yang anggotanya kebanyakan para perempuan pencari nafkah keluarga.

Menurut ia, manfaat CU bagi anggota adalah mengubah pola pikir. Maksudnya, dari yang terbiasa instan — langsung memanfaatkan uang saat mendapat pinjaman — menjadi menciptakan modal dahulu dengan menabung secara rutin. Jika telah tercipta modal atau tabungan, baru memanfaatkan atau meminjam. “Inilah yang tidak ditemukan di lembaga keuangan lainnya,”

Selain itu, CU juga dapat mengubah kebiasaan seseorang dari tidak biasa menabung menjadi biasa menabung. Anggota CU selalu mempunyai uang dalam bentuk tabungan yang terus meningkat, dan selalu bisa memanfaatkan tabungan untuk meningkatkan jumlah untuk menciptakan aset.

Ia mengatakan, pada awalnya, sebagian besar anggota CU tidak biasa menabung secara rutin. Tetapi setelah menjadi anggota dan banyak belajar, mereka pun akhirnya menyadari manfaat menabung rutin itu. Apalagi dengan menabung, anggota mendapatkan balas jasa simpanan (BJS).

Jika menjadi anggota CU, seorang anggota mesti menabung untuk meningkatkan modal. “Menabung sistem CU berbeda dengan menabung secara `tradisional` di lembaga lain, misalnya bank, setelah menabung, uang itu ditarik untuk dipergunakan. Tetapi di CU, lebih modern karena ada dana yang tersimpan,” katanya.

Kepercayaan Anggota

Seiring dengan semakin tingginya tingkat kepercayaan masyarakat akan keberadaan CU, jumlah lembaga keuangan itu terus bertambah dari tahun ke tahun.

Kemunculan CU di beberapa tempat tidak terlepas dari kesuksesan yang diraih CU perintisan dalam menumbuhkan kepercayaan masyarakat. Keberadaan CU perintisan seperti, Khatulistiwa Bhakti, agaknya menjadi pondasi yang kokoh memunculkan CU-CU lain yang juga mengalami perkembangan sangat pesat.

Setelah kemunculan Khatulistiwa Bhakti pada 12 Mei 1985 — memiliki anggota hingga Maret 2007 berjumlah 10.707 orang — disusul dengan terbentuknya CU Lantang Tipo yang berdiri tahun 1976 dengan 55.387 anggota, CU Pancur Kasih pada 28 Mei 1987 beranggota 60.786 orang, CU Keling Kumang tahun 1993 beranggota 25.424 orang, CU Stella Maris pada 1995 sebanyak 1800 anggota, dan CU Canaga Antutn pada 1996 beranggotakan 6.744 orang.

Hingga Maret lalu, jumlah anggota dari 48 CU yang ada mencapai 334.119 orang, terdiri dari 219.076 anggota laki-laki dan 115.043 anggota perempuan dengan total aset Rp1.628.267.075.968.

Pancur Kasih saat ini merupakan yang terbesar dengan jumlah anggota mencapai 60.786 orang yang terdaftar pada 26 tempat pelayanan (TP) di tujuh kabupaten/kota.

Ketua Dewan Pengurus CU Pancur Kasih, Norberta Yati Lantok, mengatakan, jumlah anggota 60.786 tersebut, termasuk yang tidak aktif sekitar 7,2 persen dengan kriteria belum keluar dari anggota atau tidak menabung.

Jumlah anggota yang terus bertambah tiap tahunnya, tidak terlepas dari upaya pengurus dalam menerapkan prinsip manajemen terbuka, di mana setiap perkembangan selalu ditampilkan per bulan.

Data Pancur Kasih mengungkap sejak Januari-Mei 2007, rata-rata anggota baru pada setiap bulan mencapai 900 orang, terdiri dari berbagai golongan masyarakat. Mereka terdiri dari petani, nelayan, pegawai negeri, pengusaha, hingga dokter.

Menurut Yati, sapaan Ketua Dewan Pengurus Pancur Kasih itu, pada awalnya kelahiran Pancur Kasih adalah untuk melayani masyarakat yang tidak bisa menggunakan jasa lembaga keuangan lain, perbankan sebagai tempat mendapatkan modal pinjaman. Tercatat 99 persen anggota CU adalah lapisan menengah ke bawah.

Namun karena unsur kepercayaan dan kebersamaan yang diutamakan, setiap anggota dapat mengetahui setiap perkembangan yang terjadi di CU, kini anggotanya datang dari banyak lapisan masyarakat.

Melalui papan pengumuman yang terpampang pada setiap tempat pelayanan, anggota mendapatkan informasi bulan per bulan dari kemajuan CU. Setahun sekali rapat anggota tahun (RAT) digelar secara terbuka. Para anggota dapat mengetahui apa saja yang terjadi dan berkembang di CU tersebut.

Karena itu, jika pada Maret lalu nilai aset Pancur Kasih mencapai Rp384.806.345.052, maka pada Juni ini asetnya telah mencapai Rp396.949.030.000. “Kepercayaan menjadi modal untuk berkembangnya sebuah lembaga keuangan yang berorientasi kepada masyarakat,” katanya.

Seorang anggota CU, Viktoria, 23, mengaku tertarik bergabung dengan lembaga tersebut karena mengetahui manfaat yang akan diperolehnya.

Alasannya menjadi anggota CU, karena mendengar banyak keuntungan yang akan diperoleh dengan menabung di lembaga keuangan itu. “Saya khawatir gaji sebulan akan habis begitu saja jika tidak ditabung. Melalui CU, saya mempunyai kewajiban menabung setiap bulan,” kata alumnus Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Tanjungpura Pontianak itu.

Ia mengatakan, ada banyak keuntungan yang akan diperoleh, misalnya saja, jika menabung pada tahun ini sebesar Rp1.000.000, maka dapat dipastikan tabungan sudah berlipat 1,5 kali dari jumlah tersebut pada 2 tahun kemudian.

Anggota tidak begitu saja dapat meminjam uang di CU, karena berkewajiban menabung dahulu dan setelah mempunyai tabungan, baru mendapat pinjaman

“Kita menjadi terbiasa menabung, akan memperoleh manfaat dari berbagai bentuk balas jasa yang diberikan CU,” kata Victoria yang telah menjadi anggota sejak pertengahan tahun 2006.

Ia mengaku kurang tertarik dengan “model” menabung yang diterapkan di lembaga keuangan lainnya, karena tidak memberikan janji lebih seperti yang kini berlaku di setiap credit union. Menabung di lembaga keuangan lain, baginya, masih menerapkan pola lama dengan keuntungan kecil untuk setiap nasabah.
(dari berbagai sumber)